Windha Mega
Assalamu'alaiukum Warrakhmatullahi Wabarakatuh

Baru belajar nulis ni. Tapi mudah-mudahan bermanfaat!
Daripada membahas pemerintahan, yang ada hanya mengeluhkan tanpa bisa melakukan apa-apa. Ijinkan saya untuk berbagi sedikit pemahaman tentang shalat dhuha. Harapannya setelah membaca tulisan ini, kita dapat memperbaiki kualitas hidup kita.
Isi dari tulisan ini adalah rangkuman dari hasil mendengarkan tausiah Ustad Yusuf Mansur. Yang berjudul "Fadilah Shalat Dhuha".
^_^

"Tak Kenal Maka Tak Sayang"
sebelum membahas panjang x lebar tentang shalat dhuha, kita harus tahu terlebih dahulu sifat shalat dhuha. Sifat shalat dhuha adalah Sunah Muakadah, yaitu Sunah yang mendekati wajib dan sangat dianjurkan! Jika ditinggalkan akan berpengaruh pada kualitas hidup kita (kesehatan, nasib, rejeki kita).

Shalat sunah muakadah itu ibarat burung.
- burung yang mempunyai sayap tapi tidak terbang namanya burung males
- burung yang tidak tahu kalau dia punya sayap namanya burung "bodoh" (menempel di badan, tapi tidak tahu fungsinya)
burung yang mempunyai kedua sifat itu, tentu dia tidak akan pernah bisa terbang.
Sayapnya shalat itulah shalat muakadah (pasangan shalat wajib), diantaranya dhuha,rawatib qabliyah & ba'diah.
Dengan shalat sunah muakadah inilah kita dapat terbang, meraih nikmat & rejeki yang telah Allah SWT persiapkan untuk kita.

Mengapa selama ini kita tidak terbiasa dhuha?? ada 2 alasan yang menjadi penyebabnya, yaitu:
1. karena kita tidak mengetahui fadilah dhuha
2. karena kita tidak terbiasa shalat dhuha. Semua dimulai dengan membiasakan.
Selama ini, lingkungan kita mengajarkan bahwa sunah itu diartikan "Perbuatan yang apabila dikerjakan berpahala, dan apabila ditinggal tdk mengapa".
Kata "tidak mengapa" inilah yang membuat kita menanggapinya dengan santai dan seenaknya. Terbiasa menjadi pribadi yang serba pas-pas an dan menjadi terbiasa untuk meninggalkan segala perbuatan-perbuatan yang bersifat sunah.
Alhasil kita adalah orang yang tidak terbiasa melaksanakan shalat dhuha.

Dhuha adalah penutup hutang kita kepada Allah atas ruh yang telah Allah titipkan dalam badan ini, atas semua nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.
Contohnya: jika kita menghirup udara melalui tabung oksigen rumah sakit, berapa uang yang harus kita keluarkan untuk membayarnya seumur hidup kita?
Pada kenyataannya untuk dapat hidup, kita menghirup udara melalui sistem pernafasan yang Allah miliki. Dan Allah memberikannya GRATIS!
Kalaupun kita harus bayar semua Nikmat yang Allah berikan kepada kita (berupa jantung, mata, tangan, kaki, akal, dll), tidak akan ada satu makhluk pun di dunia ini yg sanggup membayarnya dengan hitungan uang. Semua yang ada pada kita adalah milik Allah, jadi wajar kalau kita harus membayarnya. Wallahu a'lam bi ash-shawab..

Hanya saja, karena kasih sayang-Nya kepada kita, maka Allah hanya memerintahkan shalat dhuha 2 rakaat, maka lunaslah semua hutang kita kepada Allah! Subhanallah...


Rasulullah bersabda:
Barang siapa melaksanakan shalat subuh secara berjamaah, kemudian dia duduk berdzikir kepada Allah SWT hingga terbit matahari kemudian dia melaksanakan shalat dhuha 2 rakaat, maka ia mendapat pahala seperti pahala haji & umroh secara SEMPURNA!

Membiasakan shalat dhuha 2 rakaat saja, niscaya Allah menghapuskan dosa kita sekalipun dosa kita sebanyak buih di lautan.

Rasulullah juga pernah bersabda:
Nanti pada hari kiamat, akan ada sebuah pintu di surga yang dinamakan "Pintu Dhuha".
Malaikat bertanya: "Mana yang ketika di dunia, ia membiasakan dhuha? Inilah pintu kalian, masuklah ke surga melalui pintu ini!"
Subhanallah..

Maka penting sekali bagi kita untuk mengawali aktivitas kita setiap harinya dengan shalat dhuha, minimal 2 rakaat.
Dari sedikit rangkuman di atas, semoga dapat menjadi pemantik kita untuk membiasakan shalat dhuha sebelum beraktivitas. Sebagai perwujudan rasa syukur atas segala nikmat & karunia yang telah Allah berikan kepada kita. Amin...
Mari kita membiasakan untuk shalat dhuha secara rutin, agar Allah SWT memberikan berkah-Nya kepada kehidupan kita.
Sebenarnya masih banyak lagi fadilah shalat dhuha, yang bisa menjadi penyemangat untuk selalu rutin menjalankan shalat dhuha. Tetapi kita sambung di lain waktu ya. Semoga kita masih diberikan kesempatan untuk berbagi melalui tulisan ini. Insya Allah..

Alhamdulillahi Rabbil 'alamin
Wassalamu 'alaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh..
Windha Mega

Abad ke 21 ini ditandai oleh semakin berkembangnya pendidikan yang seringkali diartikan sebagai era tumbuhnya bisnis baru. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya pendidikan entrepreneurship di Amerika, Eropa dan banyak negara-negara lainnya. Namun alasan utama di sebagian besar negara adalah akibat resesi ekonomi serta banyaknya pengangguran terutama pada lulusan perguruan tinggi. Selain alasan tersebut, saat ini para pengambil keputusan di banyak negara mulai menyadari peranan nyata entrepreneurship terhadap perkembangan/pertumbuhan ekonomi terutama di kawasan regional. Tampaknya semua menyadari bahwa pertumbuhan bisnis baru adalah solusi terhadap laju pengangguran dan sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi suatu negara yang membawa kemakmuran masyarakat. Oleh karena itu di berbagai negara, pemerintahnya berupaya dengan berbagai cara untuk memfasilitasi bertumbuh kembangnya entrepreneurship dan sebagai kata kunci berkembangnya entrepreneurship adalah pendidikan entrepreneurship (entrepreneurship education). Pendidikan dan pelatihan entrepreneurship inilah yang terus dikembangkan di perguruan tinggi dan berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun informal karena telah menjadi semacam konsensus/kesepakatan bahwa pendidikan entrepreneurship akan menjadi pemeran utama pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selanjutnya dari pendidikan entrepreneurship akan tumbuh instrumen-instrumen baru pertumbuhan ekonomi yaitu inkubator bisnis dan bisnis unit dimana pendidikan dan pelatihan dilaksanakan.

Walaupun spirit entrepreneurship telah tumbuh meluas dengan pesat di berbagai negara, namun informasi kurikulum dan metode pendidikan entrepreneurship sangat bervariasi yang berbeda satu dengan lainnya. Di bab ini akan disajikan bagaimana pendidikan entrepreneurship berkembang di Amerika, Eropa dan di Asia. Dari uraian ini diharapkan dapat memberi inspirasi bagaimana pendidikan entrepreneurship seharusnya di terapkan di UB khususnya dan di Indonesia pada umumnya.


Pendidikan entrepreneurship di Amerika tumbuh secara pesat di tahun 1950an dan awal 1960an yang dimotori oleh McClelland’s. Bertahun-tahun peranan pendidikan entrepreneurship menjadi penting dalam bisnis sampai akhirnya pemerintah Amerika pada awal tahun 1990an menyatakan bahwa pendidikan entrepreneurship menduduki peringkat ke 6 faktor utama dari 60 faktor yang direkomendasikan untuk memecahkan permasalahan dalam pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM). Banyak pemahaman yang ada di Amerika utara tentang pendidikan entrepreneurship, namun pada prinsipnya pendidikan entrepreneurshi disana diarahkan untuk mendorong tumbuhnya kreasi bisnis yang indipenden. Dalam pertumbuhannya banyak perguruan tinggi yang menyelenggarakan kuliah pendidikan entrepreneurship, namun keberhasilan tertinggi diperoleh dari adanya kemampuan atau skill mengajar yang baik serta kesesuaian antara kebutuhan mahasiswa dengan teknik pembelajaran. Kesimpulan menarik lain yang diperoleh adalah bahwa entrepreneurship dapat dipelajari asalkan dengan metode pembelajaran yang baik. Disepakati oleh para pendidik bahwa pendidikan entrepreneurship adalah berbasis scientific yang akan mampu menumbuhkan seni (Artistic) dan kreativitas memulai entrepreneurship. Lebih lanjut bahkan di nyatakan kelompok yang telah menyelesaikan pendidikan entrepreneurship memiliki tingkat keberhasilan yang sangat nyata lebih baik bila dibandingkan dengan entrepreneur yang tanpa menjalani pendidikan entrepreneurship dalam berbisnis.


Keberhasilan pendidikan entrepreneurship tidak ditengarai oleh banyaknya individu/mahasiswa yang telah lulus pelatihan namun lebih diukur dari dampaknya terhadap sosial-ekonomi/socioeconomic dari usaha yang telah di kreasi/dibentuk. Isu dampak sosial ekonomi kemudian juga diperluas dengan banyaknya lapangan kerja, jumlah tenaga kerja yang dapat terserap, jumlah usaha dan jenis usaha serta potensinya bagi pertumbuhan ekonomi.


Walaupun tidak ada definisi yang tegas tentang tujuan pendidikan, namun dapat dirumuskan sebagai berikut:


1. Mengidentifikasi dan mempersiapkan potensi peserta (civitas academica) sebagai enterpreneurs/pengusaha untuk start-ups

2. Mempersiapkan partisipan (civitas academica) untuk membuat business plan/rencana bisnis untuk usaha baru (new venture)

3. Fokus pada isu kritis yang dibutuhkan guna proyek entrepreneurial misalnya penelitian pasar, finansial usaha, legal essue dll.

4. Memungkinkan berkembangnya secara berkelanjutan dan perilaku pengambilan resiko (risk-taking behavior)

Untuk mencapai itu semua, pendidikan entrepreneurship di Amerika dan juga di Eropa mengikuti pola pendidikan yang dimulai dari merancang struktur kurikulum mata kuliah entrepreneurship yang terdiri dari tujuan, isi, metode pendekatan dan deliveri kuliahnya yang kesemuanya harus mempertimbangkan kebutuhan partisipan pendidikan entrepreneurship. Keefektifan pendidikan entrepreneurship akan ditentukan oleh potensi pertumbuhan pendidikan entrepreneurship yang mempertimbangkan etika dan perspektif terkini pendidikan tersebut.


Pendidikan entrepreneurship yang dilakukan di Asia sedikit berbeda dalam aspek apa yang dilakukan di Amerika dan Eropa. Perbedaan tersebut bersumber pada kultur yang berbeda. Asia lebih memiliki kultur yang lebih bersifat kekeluargaan dan lebih kearah family business sedangkan di Amerika dan Eropa lebih bersifat individual atau sebagai corporate. Karena pertimbangan tersebut maka model pendidikan entrepreneurship di Asia kemungkinan akan lebih tepat untuk diterapkan di Indonesia dengan minimum penyesuaian.

Windha Mega
Spiritual intelligence to make intellectual and emotional intelligence is more effective in people. Spiritual intelligence levels starting from the value and meaning for ourselves, for others, as well as valuable to God (through prayer). Spiritual intelligence levels starting from the value and meaning for Ourselves, for others, as well as valuable to God (through prayer). This statement was made at the same time educational experts Yogya business practitioners Dr M Suyanto MM, at a national seminar Membangkitan Spiritualism Spirit Education Indonesia, Se-nin (17/12), in the Main Courtroom Rectorate UNY. This statement was made at the same time educational experts Dr. Yogya business practitioners MM M Suyanto, at a national seminar Membangkitan Spiritualism Spirit Education Indonesia, Se-nin (17/12), in the Main Courtroom UNY Rectorate.


The seminar was held Student Executive Body (BEM) Faculty of Social and Economic (FISE) UNY, which supported this SKH People's Sovereignty, also brings speakers and Ary Ginanjar Agustian Kasubdit Workforce Directorate Program Quality Improvement Directorate of Education and Manpower Ministry of Education, Dr Abi Sujak. The seminar was held Student Executive Body (BEM) Faculty of Social and Economic (FISE) UNY, which supported this SKH People's Sovereignty, also brings speakers and Ary Ginanjar Kasubdit Agustian Directorate Workforce Quality Improvement Program Directorate of Education and Manpower Ministry of Education, Dr Abi Sujak. According to the Chairman of this Amikom STMIK, spiritual intelligence, or sometimes termed Abdun intelligence, the intelligence to deal with and solve problems of meaning and value. According to the Chairman of this Amikom STMIK, spiritual intelligence, or sometimes termed Abdun intelligence, the intelligence to deal with and solve problems of meaning and value. That is the intelligence to put the behavior and life of a leader in the broader context of meaning and rich. That is the intelligence to put the behavior and life of a leader in the broader context of meaning and rich. In addition, the intelligence to assess the action or way of life a person has a meaning than others. In addition, the intelligence to assess the action or way of life a person has a meaning than others. "Spiritual values in general, of which truth, honesty, modesty, caring, cooperation, freedom, peace, love, understanding and so forth," said Suyanto. "Spiritual values in general, of which truth, honesty, Modesty, caring, cooperation, freedom, peace, love, understanding and so forth," said Suyanto. Furthermore, directors and commissioners of these companies to explain intelligence or intelligence is often called the Children of Adam, is used to solve problems and strategic logic. Furthermore, directors and Commissioners of these companies to explain intelligence or intelligence is often called the Children of Adam, is used to solve problems and strategic logic. Psychologists distinguish human beings in varying degrees known as the intelligence quotient (IQ). Psychologists Distinguished human beings in varying degrees known as the intelligence quotient (IQ). The higher the IQ the higher the intelligence. The higher the IQ the higher the intelligence.
> tukar